Selasa, 29 Mei 2012

Filsafat Yin Yang


A.    Filsafat Yin Yang
Fondasi pemikiran masyarakat China adalah kepercayaan pada alam semesta kosmis yang tunggal, suatu Ketunggalan yang tanpa awal atau akhir. Filsafat yang lebih tua daripada aliran filsafat China manapun adalah berbagai kepercayaan mendasar yang membantu orang China memahami diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan dunia: pada awalnya, dunia adalah suatu kehampaan tanpa batas yang disebut Wu Chi. Kehampaan ini digambarkan sebagai suatu lingkaran kosong yang dibentuk oleh garis putus-putus. Dari kehampaan ini, muncullah kegiatan yang diekspresikan sebagai Yang, yang digambarkan dalam bentuk lingkaran kosong, dan ketidakgiatan dalam bentuk lingkaran hitam. Interaksi yang terjadi di antara kegiatan dan ketidakgiatan ini disebut tai chi, yang diperlihatkan sebagai lingkaran Yin-Yang, setengah hitam dan setengah putih.
Dari alam semesta kosmis yang luas dan misterius, Yang Esa, semuanya berkembang. Ketika terwujud di dunia, Ketunggalan ini terbagi dua: Yin dan Yang. Dua hal yang bertentangan yang dinamis ini digambarkan dengan garis putus (untuk Yin) dan garis lurus (untuk Yang). I Ching mengombinasikan garis-garis ini dalam pola yang digunakan untuk meramal. Terdapat empat cara yang dapat digunakan untuk mengatur garis-garis ini secara berpasangan: dua garis lurus, dua garis putus, satu garis lurus diatas garis putus, dan satu garis putus diatas satu garis lurus.
Tigram kombinasi tiga garis dalam satu kolom, dianggap berkaitan dengan kualitas-kualitas alam tertentu dan cara kerjanya di alam semesta. Garis-garis itu pertama kali disusun dalam trigram oleh Kaisar Fu His (2852-2738 SM). Ia melihat adanya pola pada cangkang kura-kura yang pada waktu itu umum digunakan sebagai ramalan. Dua trigram ekstrem adalah Ch’ien (tiga garis lurus) yang merupakan trigram Kreatif dan K’un (tiga garis putus) yang merupakan trigram Menerima. Kedua trigram ini dianggap mewakili dinamika langit dan bumi. Ch’ien adalah unsure kreatif, penguasa, ayah, cahaya. Sedangkan K’un adalah prinsip menerima, ibu, diatur dari atas, kegelapan. Semua trigram sisanya merupakan kombinasi dari kedua hal yang bertolak belakang itu.
Kedelapan trigram itu dikombinasikan menjadi 64 heksagram. Dengan menafsirkan semua pola yang berlainan, orang China mengembangkan suatu cara meramal peristiwa di masa depan jika segala sesuatunya sesuai dengan alam. Ilmu meramal I Ching memprediksi masa depan dengan keakuratan yang gaib.
Teori ini menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan alam masyarakat China. Kalender lunar (berdasarkan perputaran bulan) yang telah dikembangkan sekitar tahun 1200 SM berakar pada teori ini. Demikian pula halnya dengan tradisi penyembuhan China yang menggunakan jejamuan dan akupunktur.
Keselarasan Tao ada terlebih dahulu, diaktifkan oleh kepasifan, oleh tidak adanya aktivitas. Tetapi begitu diekspresikan, Tao menghasilkan suatu permainan pertentangan yang dinamis dan silih berganti: Yin-Yang, yaitu manifestasi Tao di dunia. Keduanya saling menghasilkan satu sama lain sebagai kutub-kutub yang menjadi bagian dari jalinan keberadaan.
Yin merujuk kepada ciri-ciri kelembutan, kepasifan, kewanitaan, kegelapan, lembah, dan yang negative, ketidakberadaan. Di lain pihak, Yang mengacu pada ciri-ciri seperti sifat kekerasan, kejantanan, kecerahan, gunung, kegiatan, keberadaan.
Semua energi aktif terwujud sebagai dualistas Yin-Yang. Ketidakberadaan menyertai keberadaan. Wujud Tao itu sendiri merupakan perubahan yang ditentukan oleh aliran alami kutub energi. Energi itu tidak statis, bukan suatu objek pasti.
Yin-Yang menghasilkan suatu keseimbangan dinamis antara daya gerak dan sikap diam, antara keaktifan dan kepasifan, sehingga titik keseimbangan kembali ke pusatnya. Kesatuan dari hal-hal yang bertentangan pun berkembang. Dalam banyak penerapan Taoisme, kesatuan ini menjadi sumber tuntunan, menjadi tolok ukur, menjadi standar untuk mengevaluasi kebenaran ketika akal budi dikerahkan dalam segala hal.
Berdasarkan kosmologi orang China, alam semesta ini digolongkan menjadi dua, atau dengan kata lain alam ini diisi dengan pembagian atau golongan elemen-elemen yaitu baik dan buruk. baik mencerminkan sifat Yang dan buruk mencerminkan sifat Yin seperti diungkap dalam kitab klasik Taoisme (Tao te Ching) sebagaimana dikutip oleh McCreery (dalam Scupin, 2000:289), bahwa “Tao melahirkan satu dan satu melairkan dua”. Yang dimaksud dengan kata “dua” di atas adalah Yang dan Yin, yang mengatur dunia, baik dunia nyata maupun tidak nyata. Yang dan Yin adalah dua aspek yang saling berlawanan dan keduanya sama-sama mempengaruhi segala aspek kehidupan manusia. Yang bersifat terang, aktif, laki-laki, panas, kering, dan positif, sedangkan Yin bersifat gelap, pasif, perempuan, teduh, basah dan negative. dengan adanya interaksi antara keduanya ini maka lahirlah alam dan seisinya. Mereka saling melengkapi, namun hubungan mereka adalah berjenjang. Yang selalu dianggap lebih besar daripada Yin, yaitu seperti model dimana laki-laki selalu besar mendominasi dalam masyarakat patrilinial. Apa yang terjadi dalam masyarakat patrilinial adalah mengambil model dari apa yang terjadi dalam hubungan Yin dan Yang.
Yin dan Yang mewakili dua kekuatan mendasar yang membuat dan menyelaraskan Semesta. Yin adalah sisi hitam dengan titik putih pada bagian atasnya dan Yang adalah sisi putih dengan titik hitam pada bagian atasnya. Hubungan antara Yin dan Yang sering digambarkan dengan bentuk sinar matahari yang berada di atas gunung dan di lembah. Yin (secara harafiah yaitu tempat yang teduh) adalah daerah gelap yang merupakan bayangan dari gunung, sementara Yang (secara harfiah yaitu tempat yang terang atau cerah) adalah bagian yang tidak terhalang oleh gunung. Yin dan yang inilah yang membuat alam menjadi harmonis dan baik. Yin mengandung sifat-sifat : diam, beku, padat, gelap, betina, dingin, lembut dan sebagainya. Sedang Yang mengandung sifat-sifat : gerak, cair, terang, jantan, panas dan sebagainya. Sifat Yin berlawanan dengan sifat Yang. Namun, perpaduannya merupakan suatu keharusan untuk alam ini agar berfungsi dengan harmonis. Perpaduan Yin dan Yang merupakan syarat berlangsungnya dunia dan isinya.
Asal-Usul Alam menurut Kosmologi China
Keterangan  tentang terbentuknya alam semesta menurut pemikiran Cina terdapat dalam kitab Yi Jing, kitab ini menjadi rujukan utama untuk memahami konsep kosmologi (ilmu tentang alam semesta). Teori asal-usul dunia yang terdapat dalam kitab Yi Jing disepadankan dengan teeori kosmologi/fisika yang menyatakan bahwa terciptanya alam semesta dimulai dengan sebuah  ledakan besar yang melahirkan materi-materi dengan tingkat kepadatan tinggi, yang terus berputar menghasilkan galaksi, tata surya dan planet.
Menurut salah satu penafsiran, kitab Yi Jing, pada awalnya adalah kehampaan, tidak ada dunia. Untuk sekali waktu yang ada hanyalah kehampaan. Setelah kehampaan disusul oleh kekacauan. Kehampaan berganti kekacauan dengan tingkat energi yang tinggi. Setelah terjadi kekacauan muncullah  gas, disusun energy serta materi-materi. Alam semesta disini masih dalam bentuk yang tak jelas dengan gerakan yang tak teratur. Sampai saat, muncullah keteraturan atau hukum alam atau azas alam. Hukum ini mengatur materi-materi yang tersebar di alam, hingga saat alam semesta menampilkan bentuknya mendekati seperti  yang ada sekarang.
Fungsi dari alam semesta mencapai kesempurnaan setelah munculnya Tai Ji. Tai Ji merupakan perpaduan unsure  Yin dan Yang. Perpaduan Yin dan Yang inilah yang membuat alam menjadi berjalan seimbang dan harmonis.

Konsep Dao

Konsep Yin dan Yang juga berpengaruh dalam memberi arti pada Dao. Dalam pengertian ini, Dao diartikan sebagai 1 (satu) Yin dan 1 (satu) Yang. Dao berarti adalah keseimbangan sempurna, karena telah mengandung Yin-Yang. Dengan kesempurnaannya, Dao merupakan standar bagi seluruh alam ini.
Dao menghasilkan ketunggalan (Yin dan Yang). Dari ketunggalan dihasilkan dwitunggal, yaitu langit dan bumi, dari dwitunggal ini dihasilkan tritunggal yaitu manusia, untuk kemudian menghasilkan segala benda. Oleh karena itu, dapat dikatakan : standar manusia adalah bumi, standar bumi adalah langit, standar langit adalah Dao, dan standar Dao adalah kealamian (ziran).
Proses penghasilan isi alam dari Dao sampai benda-benda ini tidak dijelaskan dalam Kitab Yi Jing, karena isi kitab ini lebih merupakan ajaran yang harus dipercayai, bukan untuk diperdebatkan. Kitab ini juga sering disebut sebagai Kitab Penujuman atau Peramalan tentang kejadian dan kerja alam semesta.


Lima Unsur
Segala sesuatu yang kita jumpai terdiri dari lima unsure yang dipercayai orang China sebagai dasar kehidupan: air, kayu, logam, tanah, dan api. Karena mereka menganggap bahwa keseluruhan alam semesta terus-menerus berubah dan selalu berganti, maka unsure-unsur pun selalu berganti melalui interaksi satu sama lain. Sejumlah interaksi bersifat saling melengkapi, tetapi ada pula yang saling bertentangan. Misalnya, kayu menghasilkan api sehingga keduanya saling melengkapi. Sedangkan air menyingkirkan api, sehingga kedua unsur ini menjadi pasangan yang saling bertentangan. Kalau kita menyimak dunia di sekitar kita, maka kita akan menyaksikan bagaimana unsure-unsur berubah. Kita dapat mengamati daur yang destruktif, sebagai contoh: ketika air menguap atau kayu yang membusuk. Tetapi sebaliknya, terjadi daur yang regenerative, misalnya: ketika air mengembun dan pepohonan baru tumbuh. Orang China percaya bahwa benda memang ada, tetapi keberadaan itu dibatasi waktu di dalam daur perubahan yang tidak terelakkan.






0 komentar:

Posting Komentar