A.
Filsafat Yin
Yang
Fondasi pemikiran masyarakat China
adalah kepercayaan pada alam semesta kosmis yang tunggal, suatu Ketunggalan
yang tanpa awal atau akhir. Filsafat yang lebih tua daripada aliran filsafat
China manapun adalah berbagai kepercayaan mendasar yang membantu orang China
memahami diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan dunia: pada awalnya,
dunia adalah suatu kehampaan tanpa batas yang disebut Wu Chi. Kehampaan ini
digambarkan sebagai suatu lingkaran kosong yang dibentuk oleh garis
putus-putus. Dari kehampaan ini, muncullah kegiatan yang diekspresikan sebagai
Yang, yang digambarkan dalam bentuk lingkaran kosong, dan ketidakgiatan dalam
bentuk lingkaran hitam. Interaksi yang terjadi di antara kegiatan dan
ketidakgiatan ini disebut tai chi, yang diperlihatkan sebagai lingkaran
Yin-Yang, setengah hitam dan setengah putih.
Dari alam semesta kosmis yang luas
dan misterius, Yang Esa, semuanya berkembang. Ketika terwujud di dunia,
Ketunggalan ini terbagi dua: Yin dan Yang. Dua hal yang bertentangan yang
dinamis ini digambarkan dengan garis putus (untuk Yin) dan garis lurus (untuk
Yang). I Ching mengombinasikan garis-garis ini dalam pola yang digunakan untuk
meramal. Terdapat empat cara yang dapat digunakan untuk mengatur garis-garis
ini secara berpasangan: dua garis lurus, dua garis putus, satu garis lurus
diatas garis putus, dan satu garis putus diatas satu garis lurus.
Tigram kombinasi tiga garis dalam
satu kolom, dianggap berkaitan dengan kualitas-kualitas alam tertentu dan cara
kerjanya di alam semesta. Garis-garis itu pertama kali disusun dalam trigram
oleh Kaisar Fu His (2852-2738 SM). Ia melihat adanya pola pada cangkang
kura-kura yang pada waktu itu umum digunakan sebagai ramalan. Dua trigram
ekstrem adalah Ch’ien (tiga garis lurus) yang merupakan trigram Kreatif dan
K’un (tiga garis putus) yang merupakan trigram Menerima. Kedua trigram ini
dianggap mewakili dinamika langit dan bumi. Ch’ien adalah unsure kreatif, penguasa,
ayah, cahaya. Sedangkan K’un adalah prinsip menerima, ibu, diatur dari atas,
kegelapan. Semua trigram sisanya merupakan kombinasi dari kedua hal yang
bertolak belakang itu.
Kedelapan trigram itu dikombinasikan
menjadi 64 heksagram. Dengan menafsirkan semua pola yang berlainan, orang China
mengembangkan suatu cara meramal peristiwa di masa depan jika segala sesuatunya
sesuai dengan alam. Ilmu meramal I Ching memprediksi masa depan dengan
keakuratan yang gaib.
Teori ini menjadi dasar bagi ilmu
pengetahuan alam masyarakat China. Kalender lunar (berdasarkan perputaran
bulan) yang telah dikembangkan sekitar tahun 1200 SM berakar pada teori ini.
Demikian pula halnya dengan tradisi penyembuhan China yang menggunakan jejamuan
dan akupunktur.
Keselarasan Tao ada terlebih dahulu,
diaktifkan oleh kepasifan, oleh tidak adanya aktivitas. Tetapi begitu
diekspresikan, Tao menghasilkan suatu permainan pertentangan yang dinamis dan
silih berganti: Yin-Yang, yaitu manifestasi Tao di dunia. Keduanya saling
menghasilkan satu sama lain sebagai kutub-kutub yang menjadi bagian dari
jalinan keberadaan.
Yin merujuk kepada ciri-ciri
kelembutan, kepasifan, kewanitaan, kegelapan, lembah, dan yang negative,
ketidakberadaan. Di lain pihak, Yang mengacu pada ciri-ciri seperti sifat kekerasan,
kejantanan, kecerahan, gunung, kegiatan, keberadaan.
Semua energi aktif terwujud sebagai
dualistas Yin-Yang. Ketidakberadaan menyertai keberadaan. Wujud Tao itu sendiri
merupakan perubahan yang ditentukan oleh aliran alami kutub energi. Energi itu
tidak statis, bukan suatu objek pasti.
Yin-Yang menghasilkan suatu
keseimbangan dinamis antara daya gerak dan sikap diam, antara keaktifan dan
kepasifan, sehingga titik keseimbangan kembali ke pusatnya. Kesatuan dari
hal-hal yang bertentangan pun berkembang. Dalam banyak penerapan Taoisme,
kesatuan ini menjadi sumber tuntunan, menjadi tolok ukur, menjadi standar untuk
mengevaluasi kebenaran ketika akal budi dikerahkan dalam segala hal.
Berdasarkan
kosmologi orang China, alam semesta ini digolongkan menjadi dua, atau dengan
kata lain alam ini diisi dengan pembagian atau golongan elemen-elemen yaitu
baik dan buruk. baik mencerminkan sifat Yang dan buruk mencerminkan sifat Yin
seperti diungkap dalam kitab klasik Taoisme (Tao te Ching) sebagaimana dikutip
oleh McCreery (dalam Scupin, 2000:289), bahwa “Tao melahirkan satu dan satu
melairkan dua”. Yang dimaksud dengan kata “dua” di atas adalah Yang dan Yin,
yang mengatur dunia, baik dunia nyata maupun tidak nyata. Yang dan Yin adalah
dua aspek yang saling berlawanan dan keduanya sama-sama mempengaruhi segala
aspek kehidupan manusia. Yang bersifat terang, aktif, laki-laki, panas, kering,
dan positif, sedangkan Yin bersifat gelap, pasif, perempuan, teduh, basah dan
negative. dengan adanya interaksi antara keduanya ini maka lahirlah alam dan
seisinya. Mereka saling melengkapi, namun hubungan mereka adalah berjenjang.
Yang selalu dianggap lebih besar daripada Yin, yaitu seperti model dimana
laki-laki selalu besar mendominasi dalam masyarakat patrilinial. Apa yang terjadi
dalam masyarakat patrilinial adalah mengambil model dari apa yang terjadi dalam
hubungan Yin dan Yang.
Yin dan Yang mewakili dua kekuatan mendasar yang membuat dan
menyelaraskan Semesta. Yin adalah
sisi hitam dengan titik putih pada bagian atasnya dan Yang adalah sisi putih
dengan titik hitam pada bagian atasnya. Hubungan antara Yin dan Yang sering
digambarkan dengan bentuk sinar matahari yang berada di atas gunung dan di
lembah. Yin (secara harafiah yaitu tempat yang teduh) adalah daerah gelap yang
merupakan bayangan dari gunung, sementara Yang (secara harfiah yaitu tempat
yang terang atau cerah) adalah bagian yang tidak terhalang oleh gunung. Yin
dan yang inilah yang membuat alam menjadi harmonis dan baik. Yin mengandung
sifat-sifat : diam, beku, padat, gelap, betina, dingin, lembut dan sebagainya.
Sedang Yang mengandung sifat-sifat : gerak, cair, terang, jantan, panas dan
sebagainya. Sifat Yin berlawanan dengan sifat Yang. Namun, perpaduannya
merupakan suatu keharusan untuk alam ini agar berfungsi dengan harmonis.
Perpaduan Yin dan Yang merupakan syarat berlangsungnya dunia dan isinya.
Asal-Usul
Alam menurut Kosmologi China
Keterangan tentang
terbentuknya alam semesta menurut pemikiran Cina terdapat dalam kitab Yi Jing,
kitab ini menjadi rujukan utama untuk memahami konsep kosmologi (ilmu tentang
alam semesta). Teori asal-usul dunia yang terdapat dalam kitab Yi Jing
disepadankan dengan teeori kosmologi/fisika yang menyatakan bahwa terciptanya
alam semesta dimulai dengan sebuah ledakan
besar yang melahirkan materi-materi dengan tingkat kepadatan tinggi, yang terus
berputar menghasilkan galaksi, tata surya dan planet.
Menurut salah satu penafsiran, kitab Yi Jing, pada awalnya adalah
kehampaan, tidak ada dunia. Untuk sekali waktu yang ada hanyalah kehampaan.
Setelah kehampaan disusul oleh kekacauan. Kehampaan berganti kekacauan dengan
tingkat energi yang tinggi. Setelah terjadi kekacauan muncullah gas, disusun energy serta materi-materi. Alam
semesta disini masih dalam bentuk yang tak jelas dengan gerakan yang tak
teratur. Sampai saat, muncullah keteraturan atau hukum alam atau azas alam. Hukum
ini mengatur materi-materi yang tersebar di alam, hingga saat alam semesta
menampilkan bentuknya mendekati seperti
yang ada sekarang.
Fungsi dari alam semesta mencapai kesempurnaan setelah munculnya
Tai Ji. Tai Ji merupakan perpaduan unsure Yin dan Yang. Perpaduan Yin dan Yang
inilah yang membuat alam menjadi berjalan seimbang dan harmonis.
Konsep
Dao
Konsep Yin dan Yang juga berpengaruh dalam memberi arti pada Dao.
Dalam pengertian ini, Dao diartikan sebagai 1 (satu) Yin dan 1 (satu) Yang. Dao
berarti adalah keseimbangan sempurna, karena telah mengandung Yin-Yang. Dengan
kesempurnaannya, Dao merupakan standar bagi seluruh alam ini.
Dao menghasilkan ketunggalan (Yin dan Yang). Dari ketunggalan
dihasilkan dwitunggal, yaitu langit dan bumi, dari dwitunggal ini dihasilkan
tritunggal yaitu manusia, untuk kemudian menghasilkan segala benda. Oleh karena
itu, dapat dikatakan : standar manusia adalah bumi, standar bumi adalah langit,
standar langit adalah Dao, dan standar Dao adalah kealamian (ziran).
Proses penghasilan isi alam dari Dao sampai benda-benda ini tidak
dijelaskan dalam Kitab Yi Jing, karena isi kitab ini lebih merupakan ajaran
yang harus dipercayai, bukan untuk diperdebatkan. Kitab ini juga sering disebut
sebagai Kitab Penujuman atau Peramalan tentang kejadian dan kerja alam semesta.
Lima Unsur
Segala sesuatu yang kita jumpai terdiri dari lima unsure yang
dipercayai orang China sebagai dasar kehidupan: air, kayu, logam, tanah, dan
api. Karena mereka menganggap bahwa keseluruhan alam semesta terus-menerus
berubah dan selalu berganti, maka unsure-unsur pun selalu berganti melalui
interaksi satu sama lain. Sejumlah interaksi bersifat saling melengkapi, tetapi
ada pula yang saling bertentangan. Misalnya, kayu menghasilkan api sehingga
keduanya saling melengkapi. Sedangkan air menyingkirkan api, sehingga kedua
unsur ini menjadi pasangan yang saling bertentangan. Kalau kita menyimak dunia
di sekitar kita, maka kita akan menyaksikan bagaimana unsure-unsur berubah.
Kita dapat mengamati daur yang destruktif, sebagai contoh: ketika air menguap
atau kayu yang membusuk. Tetapi sebaliknya, terjadi daur yang regenerative,
misalnya: ketika air mengembun dan pepohonan baru tumbuh. Orang China percaya
bahwa benda memang ada, tetapi keberadaan itu dibatasi waktu di dalam daur
perubahan yang tidak terelakkan.